Manusia Paling Buruk

November 30, 2007 pukul 2:53 am | Ditulis dalam Agama, Pendidikan | 1 Komentar

Oleh: Ram-Ram Muhammad

Azab dan kebahagiaan merupakan masalah paling hakiki dalam kehidupan manusia, dan pada dasarnya kita hidup dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dan terhindar dari azab atau kesengsaraan. Hanya saja pada saat kita berharap memperoleh kebahagiaan, jalan yang ditempuh adalah jalan yang justeru menyebabkan kita mendapati kesengsaraan dan azab.

Salah memilih jalan dan tidak tahu arah akan menyebabkan seseorang tersesat, sama seperti halnya orang yang tengah berjalan menuju ke suatu tempat, yang ia tahu hanya harus sampai ke tempat tersebut, tapi ia sendiri tidak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk sampai ke tujuan yang dimaksud.

Namun terkadang ada juga orang yang telah mengetahui arah dan jalan mana yang harus ditempuh agar sampai ke tempat tujuan, tetapi secara sengaja ia mencoba menempuh jalan lain, akibatnya ia tidak pernah sampai ke tujuan karena tersesat, atau sekalipun sampai waktunya tidak secepat jika menumpuh jalan yang seharusnya. Inilah golongan manusia yang akan memperoleh azab dan kesengsaraan disebabkan oleh karena tidak mengikuti arah atau petunjuk Allah, padahal ia sendiri sebenarnya tahu hukum-hukum arah yang sebenarnya

Banyak hal yang dapat menyebabkan manusia itu diazab, baik di dunia maupun di dalam neraka kelak. Sebabnya tidak lain ialah karena akal dan perasaan yang telah di aneugerahkan Allah kepada manusia tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah swt., padahal kepercayaan pada keesaan Allah swt. itu membersihkan jiwa manusia dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.

Demikian pula jika kita tidak memanfaatkan akal pikiran untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa kita akan terikat kepada kehidupan duniawi sebagaimana difirmankan Allah swt.: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Q.S Ar Rum: 7).

Akibatnya, kita seringkali tidak memahami bahwa tujuan dari setiap perintah dan larangan dari Allah adalah untuk kebahagiaan kita juga, di dunia dan akhirat. Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak mampu untuk memahami tanda-tanda keesaan Allah baik dalam dirinya pribadi maupun yang ada di permukaan bumi, dan kebanyakan dari kita tidak memahami dan mau merenungkan wahyu Tuhan yang telah disampaikan kepada Rasul-Nya.

Allah telah memberi kita mata, tetapi kebanyakan dari kita justeru tidak mempergunakannya untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah swt. Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, yang dilihat dan yang didengar tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan hal ini disimpulkan Allah swt. dalam firman-Nya:

Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (Q.S Al Ahqaf: 26)

Jika manusia tidak dapat memanfaatkan mata, telinga dan akalnya maka hal tersebut akan menghalangi bahkan menutup sampainya hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah SWT melukiskan orang-orang yang tidak mampu memanfaatkan pendengaran, penglihatan, hati serta akalnya sama seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang. Kenapa? Sebab binatang tidak mempunyai daya pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengaran mereka seperti halnya manusia, karena itu wajar jika kemudian hewan berperilaku berdasarkan insting saja.

Berbeda dengan manusia bila sudah menjadi budak hawa nafsu Dan akalnya bermanfaat lagi, manusia menjadi bertindak secara berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya sendiri, berlebih-lebihan dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar perikemanusiaan. Inilah gambaran orang yang paling buruk di sisi Allah SWT.

Bila sifat-sifat demikian menimpa sesuatu bangsa dan negara, maka negara itu tampak menjadi serakah dan penghisap terhadap bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran) tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah). Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur dan meninggalkan kepentingan yang pokok dari kehidupan manusia sebagai pribadi dan bangsa.

Jika sifat-sifat ini menimpa seorang pejabat, ia akan bertindak layaknya binatang penghisap darah. Ia akan menganggap bahwa jabatan yang diembannya adalah kesempatan emas untuk memperkaya diri sendiri, ia tidak peduli kalau uang yang diambilnya adalah uang rakyat. Dirinya tidak pernah berfikir, bahwa uang yang dikorupsinya menyebabkan rakyat menjadi kelaparan, sakit dan hidup dalam kemiskinan.

Semoga Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk mengelola penglihatan, pendengaran, akal dan hati agar kita terhindar dari azab dan kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

 

 

1 Komentar »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. Amin semoga… salam kenal 🙂


Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.